berjalan di aspal kehidupan
berhadap dengan gelintiran debu derita
bola di mata tak lagi berarah
rabun dalam menatap YANG KUASA
buram menutup nafas nurani
terdesak tajamnya duri keadaan
nilai dan moral tersekat di leher
mengikat kasih dalam belaka
keindahan dalam jalan yang gelap
mengurung ingin dalam pilihan
meski berontak dalam hati yang lemah
hanya logika menempel di lidah
paradigma yang salah menutup waktu di depan
jalan tak lagi buntu namun sesak di dada
tertapah dalam serpihan penyesalan
sampai kapan tangisan tersimpan dalam
harapan tersusun dalam kehilafan
masa telah membawa tanpa sisa
biar jiwa raung terseret mengapai YANG MAHA TINGGI
menyentuh pusat pertolongan bagi diri
0 comments